“Wah kerja di Bali ya? Pasti enak deh!”
Kira-kira begitulah respon orang lain begitu tau saya kerja
di Bali. Memang betul, enak. Tapi ya ada ga enaknya juga. Untuk kalian yang
penasaran plus dan minus kerja di Bali, saya coba buat daftarnya menurut hemat
saya ya.
PLUS (+) POINT :
- Kultur dan karma yang kuat
Bali selalu membuat saya kagum akan budayanya.
Selalu. Berbagai upacara adat dan ritual keagamaannya akan mewarnai hari-harimu.
Saya selalu terharu akan betapa kekuatan karma sangat kental di Bali. Kalau
kalian berniat baik, kalian akan terima karma yang baik dengan cepat saat
kalian butuhkan. Butuh kos, ada yang bantu. Sekarang malah saya dapat tempat tinggal
yang lebih dari cukup bersama teman saya. Butuh barang-barang untuk isi kos,
ada yang bantu. Butuh motor, ada yang bantu, tambah sepeda gayung malah. Saya
tidak pernah kesulitan kerja di Bali, saya pernah punya 2 pekerjaan tetap
sekaligus, malah jadi bisa jalan-jalan keluar negri dari hasil tabungan saya. Jujur
saya jarang ke gereja, tapi karena menerima begitu banyak karma baik, iman saya
tidak pernah goyah sedikitpun.
Dari ujung satu sampai ke ujung yang lainnya,
penuh tempat dan spot yang menyenangkan dan menyegarkan hati.
- Kalau naik motor, ga macet
Belakangan ini mungkin Bali memang lebih
macet di area tertentu, tapi tetap saja, kemacetan di Bali belum bisa
dibandingkan dengan macetnya Jakarta. Setuju?
Setelah saya sebutkan 3 poin diatas, mana
mungkin kamu bisa stress? Kamu bahkan bisa makan siang masakan padang dipinggir
pantai di jam kerja.
Kamu bisa tiba-tiba ngobrol dengan orang lain
seperti kalian sudah kenal lama.
MINUS (-) POINT :
Kalau dibandingkan dengan Jakarta, jelas
UMR di Bali belum ada apa-apanya. Saya banyak berkorban untuk ini di tahun-tahun
awal hidup saya di Bali. Tapi tentu saja, ala bisa karna biasa. Segala sesuatunya
menjadi lebih baik setelah saya mulai berdamai dengan kondisi ini. Inget kata-kata
“uang bukan segalanya”? Itulah semboyan hidup saya saat ini. Cie.
- Tidak ada transportasi umum
Punya kendaraan sendiri sangat penting untuk
tinggal di Bali sebagai anak rantau. Saya ingat sekali tahun-tahun awal saya
hidup di Bali, gaji saya habis untuk transport berangkat kerja karna kemana-mana
naik taxi (karna taxi dan ojek beda tipis harganya). Sebagai pekerja
operasional, saya harus banyak kunjungan ke beberapa tempat. Bayangkan saja semuanya itu harus pakai taxi. Sekarang, jauh
lebih baik karna sudah ada ojek online, tapi dulu boro-boro angkot, becak aja
ga ada deh. Ingat banget harus belajar motor malem-malem, waktu sepi. Ingat
banget harus mulai kredit motor, yang akhirnya jadi motor kesayangan saya
sampai hari ini.
Sebagai tempat tujuan wisata, disini ada
banyak sekali hiburan, mulai dari yang biasa sampai yang luar biasa. Saya ingat
betul bagaimana saya bisa party dan pulang jam 6 pagi, tapi jam 9 pagi saya
sudah kembali bekerja lagi sampai jam 2 pagi keesokan harinya. Saya masih ingat
juga saya harus cari 2 pekerjaan untuk membayar kebiasaan saya minum alkohol.
Selalu ada saja yang ajak untuk party setiap malam. Gila pokoknya. Yah,
wajarlah namanya juga tempat wisata kan? Tapi mungkin kalau saya tidak pernah
mengalami ini semua, saya tidak akan pernah tau caranya bersyukur.
Karna gaji sedikit kan? Mau pulang naik bus
ke Jakarta tapi cuti jadinya kepotong banyak. Kalau pulang naik pesawat, bayarnya
mahal. Apalagi waktu natal, harga tiket gila-gilaan. Ini yang paling sedih sih.
Saya jadi seperti anak durhaka karna jarang pulang kampung. Bisa saja saya minta uang
ke orangtua, tapi masa saya sudah jauh-jauh merantau ujung-ujungnya minta juga?
Malu dong. Orang tua saya bukan orang tajir melintir, adik saya juga masih sekolah, masa saya minta uang? Jauh yang saya katakan disini bukan hanya karna lokasi, tapi juga jadi
jauh di hati. Tapi itu kan dulu, ingat kan saya bilang kekuatan karma baik?
Nah, itu yang saya terima sekarang. Hubungan saya dan keluarga berangsur membaik.
Sebenarnya masih lebih banyak lagi, tapi mungkin ini yang
paling mencolok buat saya. Tapi menurut saya, tinggal dimanapun akan sama saja.
Ada lebih ada kurangnya juga. Tapi apapun itu, kalau didasarkan pada niat yang
baik, berkat melimpah pasti akan kamu terima jika waktunya sudah tiba. Terima kasih Bali. Terima kasih untuk tangan-tangan yang membawa saya sampai ke posisi saat ini. Saya tidak pernah
menyesal untuk keputusan saya merantau ke Bali. Saya malah bersyukur untuk
pengalaman yang luar biasa ini. Wassalam.